"De'...", ibu mulai membuka percakapan, menghentikan kegiatanku menata kamarku yang lama ditinggalkan penghuninya dalam perantauan ini.
"Iya bu?"
"Kamu adalah salah satu harapan Ibu, sungguh ibu berharap padamu..." kata Ibu dengan nada sedih. Matanya yang semula berkaca-kaca kini nampak mulai ada bulir-bulir bening yang menetes.
---
"Ya Allah, jangan buat dia bersedih, aku paling tak tega melihat ibu menangis."
---
Setiap aku mudik, aku selalu meluangkan waktu untuk bermanja dengan ibu. Berduaan, saling curhat dan saling berbagi rasa suka dan duka. Momen-momen seperti inilah yang selalu kurindu saat aku berada nan jauh disini, di tengah perantauanku menuntut ilmu.
Seperti malam itu, ketika tamu-tamu sudah banyak yang pulang. Yang tersisa hanya badan yang rasa capeknya bukan main karena seharian ini bahkan sejak beberapa hari sebelumnya sibuk menyiapkan segala macam belanjaan dan urusan untuk acara tasyakuran. Kami berdua sambil tidur-tiduran di atas tempat tidur yang baru saja selesai kurapikan, mulai saling curhat. Lebih banyak ibu yang curhat dan aku sebagai pendengar setia.
---
"Bu, mungkin anakmu ini tak sesempurna yang ibu bayangkan. Tapi aku selalu berusaha menjadi anak yang berbakti, yang senantiasa mendoakan ayah dan ibu setiap hari."
---
"Tahu kan de', bahwa setelah orang tua meninggal nanti, hanya doa dari anak-anak shaleh/shalehah lah yang akan mampu menjadi penolong bagi orang tua mereka..." lanjut ibu mengulang nasehat yang selalu diulang-ulang baik melalui sms, telepon maupun di saat-saat seperti ini.
"Iya bu.." aku mengangguk perlahan. Meskipun mungkin telah beratus kali atau bahkan ribuan kali aku mendengarnya namun aku tak pernah merasa bosan sedikitpun dengan nasehat ibu.
"Ibu nggak pernah berharap balasan apa-apa dari kalian, ibu hanya ingin didoakan..itu saja..." lanjut ibu.
See guys... that simple thing! permintaan sesederhana itu apakah kamu masih berat juga untuk memenuhinya.. bisik suara batinku. Tidaklah sebanding dengan apa yang telah Ibu berikan untukmu selama ini. Bukankah pengorbanan beliau jauh.. sudah jauh lebih berat dari itu sejak dari mengandungmu, membiaya sekolahmu, mengasuhmu dan bahkan menjadi tempat curahan hatimu ketika kamu sudah berumah tangga sendiri... lanjut suara batin itu terus menggema dalam relung hatiku.
"Insya Allah bu.. ade' akan selalu mendoakan ayah dan ibu, ingatkanlah selalu ade' ya bu bila suatu saat nanti ade' terlupa.." jawabku menenangkan ibu. Tampak mengembang segurat senyum di bibir ibu. Ibu perlahan beringsut bangkit dan aku memeluknya dalam haru.
---
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra’ : 24)
Sungguh bu, aku berjanji takkan pernah melupakan satu-satunya permintaanmu ini. Ya Allah, ingatkan aku bila suatu saat nanti aku terlupa..
- 9Pustaka -
0 komentar:
Post a Comment