Perpisahan itu bernama Pernikahan

Sekarang kayaknya lagi musim walimah ya... hampir tiap hari (rajin banget, kayak sekolah aja... :D ) ada aja pemberitahuan untuk menghadiri acara "mitsaqan ghalizhan" ini. Ndak perduli kapan acaranya , kapan undangan datang (Jangan ada yang merasa kesindir loh ya... ini kan cuman contoh... tapi kok ya kebetulan juga ngalamin.. :D ), ataupun yang di undang bisa datang apa enggak (Akhirnya jadi dateng kan, meskipun telat, hihi... gara-gara nyasar...). Yang penting sepenggal doa "wajib" terlebih dahulu terucap untuk kedua mempelai.

"Barakallahu laka wa baraka 'alaika, wajama'a bainakuma fi khair..." \^_^/

Sepulang dari acara, meskipun agak capek, iseng-iseng buka draft naskah lama, eh kok kebetulan nemu coretan ini. Yah... Meski jadi inget-inget jaman dulu, mumpung eventnya masih pas, upload aja ah disini. Sekaligus kado buat semua Ikhwah Fillah yang mungkin sebentar lagi akan menjalaninya, meskipun berlangsung tanpa sepengetahuan dan kehadiran saya disana...

---

Terkadang memang terlalu klise bila kita harus bertanya, "Kenapa harus ada perpisahan setelah pertemuan?"
Sungguh mungkin pertanyaan yang sangat bodoh! yang semestinya tidak patut untuk dipertanyakan...

Tapi ....

Pernah diri ini sedang terhanyut dalam basahnya perasaan ini...
Ketika aku sadari bahwa salah satu teman dekatku, beberapa hari lagi statusnya akan berubah...
Teman sepermainan saat masa berseragam putih biru. Teman yang senantiasa mendukung hobiku, teman yang rela kamarnya kami buat berantakan ketika kami melepas lelah di tengah perjalanan sepulang sekolah...

Tidak akan ada lagi, waktu tertawa bersama sampai waktu pun tak terhiraukan....
Tidak akan ada lagi, obrolan-obrolan khas anak-anak di serambi mushola usai sholat berjamaah, mungkin saat pertemuan nanti yang ada hanya obrolan-obrolan khas bapak-bapak rumah tangga.
Tidak akan ada lagi, hang out bersama, bepergian menghabiskan waktu sambil menunggu waktu berbuka puasa misalnya...
Karena, dia sepenuhnya sudah menjadi pemimpin keluarga. Setidaknya sebagian besar waktunya akan dihabiskannya bersama istri dan anaknya kelak. Walaupun belum pasti, tapi kami pun tidak punya hak lagi untuk menuntut kebebasan sebagaimana yang ia miliki seperti saat statusnya belum berubah...

Apabila aku ingat kembali masa-masa itu, aku hanya bisa tersenyum walau mata ini rasanya mulai berkabut, karena butiran-butiran bening ini seolah tak bisa kubendung lagi..
Aku pun sepenuhnya sadar, saat-saat seperti ini akan tiba juga cepat atau lambat kepada setiap sahabatku... Toh, topik ini terkadang tanpa sengaja selalu kami perbincangkan bertiga di sela-sela celotehan kami. Bahkan sampai terpikirkan akan tetap hang out bareng walau masing-masing dari kami sudah menggandeng bocah. hehhee.... ^^

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU, SAHABATKU...
SEMOHA ALLAH SENANTIASA MEMBERKAHI KEHIDUPANMU YANG BARU


Diri kita memang bukan milik kita sepenuhnya. Demikian pula dengan diri orang-orang terdekat kita. Semuanya harus dibagi dan bahkan pasti sang Pencipta ingin ciptaanNya kembali padaNya suatu saat. Hanya waktu yang bisa menjawabnya...

- 9Pustaka -

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Perpisahan itu bernama Pernikahan ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Perpisahan itu bernama Pernikahan
 

0 komentar:

Post a Comment