Akhi, Dengarkanlah Saudaramu Ini

Akhi… Besarnya tenaga antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana besarnya semangat jihad antum menuju ridho ALLAH. Mungkinkah besarnya tenaga antum hanya di gunakan sebagai ciri khas seorang pria pada mumnya? Atau mungkin besarnya tenaga antum hanya di jadikan alat perangkap busuk guna mendapatkan akhwat yang di idamkan? Atau mungkin besar tenaga antum hanya akan di jadikan sebagai kiasan image antum saja, supaya bisa mendapat gelar ikhwan tangguh, yang kuat dan di kagumi oleh banyak orang ataupun akhwat.

Akhi… Tertutupnya tubuh antum tidak dapat menjadi jaminan apakah antum dapat menutupi aib saudara antum, keluarga antum bahkan diri antum sendiri. Coba perhatikan sejenak, apakah aib saudara antum, teman dekat antum bahkan keluarga antum sendiri sudah tertutupi? Bukankah ikhwan juga seringkali tanpa sengaja ataupun dengan sengaja membukanya melalui pembicaraan singkat yang tanpa sadar menyangkut semua aib keluarga antum, aib saudara antum, bahkan aib teman dekat antum melalui lisan manis antum.

Akhi… Lantangnya seruan suara antum dalam berorasi mungkin selantang petir yang menyambar di tengah badai nan pekat bahkan lebih dari pada itu. Akan tetapi akankah kelantangan suara antum sama dengan lantangnya pembelaan antum pada hak-hak saudara antum, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan perlindungan dan kasih sayang antum.

Akhi… Lembutnya paras antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana kelembutan hati antum. Akankah hati antum selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir? Akankah selembut itu hati antum, ataukah sebaliknya hati antum sekeras batu yang dengan ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain?

Akhi… Rajinnya tilawah antum tidak dapat menjadi jaminan apakah antum tidak pernah meninggalkan shalat malam antum. Mungkinkah malam-malam antum terlewati dengan rasa rindu menuju Tuhan antum dengan bangun di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud antum serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan. Atau sebaliknya, malam antum selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi negatif antum bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.

Akhi… Cerdasnya diri antum tidak dapat menjadi jaminan apakah antum bisa mencerdaskan sesama saudara antum dan keluarga antum. Mungkinkah teman antum bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan? Ataukah antum tidak lagi peduli sama sekali akan kecerdasan teman antum, saudara antum bahkan keluarga antum, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat. (NaudzubiLLAHi mindzalik).

Akhi… Tampannya wajah antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana tampannya hati antum terhadap saudara antum, teman antum bahkan diri antum sendiri. Pernahkah antum menyadari bahwa ketampanan yang antum punya hanyalah titipan ketika antum muda seperti sekarang ini? Apakah saat sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat tampan? Jangan-jangan ketampanan antum hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati akhwat dengan senyuman-senyuman busuk antum.

Akhi… Tundukan pandangan antum yang jatuh ke bumi tidak dapat menjadi jaminan bagaimana tundukan semangat antum untuk berani menundukan musuh-musuh antum. Terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam secara nyata sampai musuh hawa nafsu pribadi antum yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahat antum.

Akhi… Tajamnya tatapan antum yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak dapat menjadi jaminan bagaimana tajamnya kepekaan diri antum terhadap sesama muslim yang tertindas di Palestina seperti sekarang ini. Pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan mereka begitu saja? Pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahid-mujahid teladan?

Akhi… Lirikan mata antum yang menggetarkan jiwa tidak dapat menjadi jaminan apakah antum dapat menggetarkan hati saudara antum yang senang bermaksiat. Coba saja antum perhatikan dunia sekeliling antum, masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman. Mereka belum merasakan apa yang antum rasakan. Bisa jadi salah satu dari keluarga antum masih gemar bermaksiat, dan berperilaku binatang yang tak karuan. (NaudzubiLLAHi mindzalik). Sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang antum rasakan sekarang ini, yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam?

Akhi… Tebalnya jenggot antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana tebalnya iman antum pada Sang Khalik. Antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintai antum. Iman antum dalam bahaya, hati antum dalam ancaman, tidak akan lama lagi iman antum akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika iman antum tidak betul-betul di jaga oleh antum. Banyak sekali cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….? Haruskah antum mengunggu kepergian salah satu orang tua antum, barulah antum akan berubah?

Akhi… Halusnya perangai antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana halusnya hati antum terhadap saudara antum, teman antum bahkan keluarga antum sendiri. Masihkah hati antum terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya' dan sombong? Pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di atas rata - rata ikhwah yang lain? Sesombong itukah hati antum? lalu di manakah beningnya hati antum, dan halusnya cinta antum.

Akhi… Rajinnya ngaji antum tidak dapat menjadi jaminan bagaimana rajinnya infak antum ke mesjid atau mushola. Sadarkah antum kalo kotak - kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan menghawatirkan? Tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja? Bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan? Maukah antum di beri rizki sepelit itu? Sedangkan selama ini antum selalu berdoa untuk diberikan rizki yang sebanyak-banyaknya...

Akhi… Rutinnya halaqah antum tidak menjamin bagaimana rutinnya puasa sunnah senin- kamis yang antum laksanakan. Kejujuran hati tidak bisa dibohongi. Terkadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksanakan, akan tetapi semangat ruhani tanpa di sadari turun drastis. Puasa ayyaumul bidh pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu. Separah itukah hati antum? Makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan. Seringkali kita melupakan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah "kekurang gizi".

Akhi… Manisnya senyum antum tak menjamin bagaimana manisnya rasa kasih antum terhadap sesama saudara muslim lainnya. Terkadang tanpa antum sadari sikap ketus antum terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lalui. Sikap ramah antum pada orang yang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan. Kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader. Ingatlah akhi!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah...

Akhi… Rajinnya shalat malam antum tidak menjamin keistiqomahan antum sebagaimana yang di lakukan oleh Rosulullah sebagai panutan antum.

Akhi… Ramahnya sikap antum tidak menjamin keramahan antum terhadap sang Khalik. Masihkah antum senang bermanjaan dengan Kekasih antum saat shalat dhuha antum atapun shalat malam antum? Menghabiskan sisa sepertiga malam hanya dengan berduaan dengan-Nya?

Akhi… Diri antum adalah (calon) imam dalam keluarga. Akankah gelar itu tersia-siakan begitu saja? dan sanggupkah antum menghampiri sang mujahidah yang telah lama menunggu antum?

Akhi… Masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa "akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik", jadi siap-siaplah menjemput sang bidadari di pelaminan hijau antum.

Akhi… Baik buruknya paras antum bukanlah satu-satunya jaminan akan suksesnya antum masuk dalam jannatul firdaus yang antum dambakan. Maka, tidak usah berbangga diri dengan paras antum yang rupawan, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwa antum sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup keseharian antum.

Akhi… Muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin, yang bila ditimbang dengan menghitung-hitung kejelekan dan keburukan tingkah laku yang antum lakukan di siang hari? Atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hati antum? Sungguh terlupa dan sirna, tidak teringat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur? antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah mengenal apa itu muhasabah? Kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri? bukankah ikhwan baik yang hanya akan mendapatkan akhwat yang baik?

Akhi… Pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan istri akhwat yang sholehah? Dengan wajah yang manis, lemah lembut, dan dengan kepribadian yang menunjukkan kebaikan hatinya? Bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang akhwat pikirkan yaitu ingin mencari suami yang sholeh dan seorang mujahid? Lalu kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahid yang sholeh?

Akhi… Apakah kebiasaan buruk para lelaki yang lain masih ada dan hinggap dalam diri antum? Seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan, atau berlama-lama menonton acara tv yang tidak karuan dan hanya akan mengeraskan hati sampai lupa waktu, hingga terlupa membantu orang tua? Kapan antum akan menjadi anak yang menegakkan birruwalidain? Bila memang itu terjadi, sampai kapan antum akan mempertahankannya? Mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahid atau ikhwan sholeh?

Akhi… Apakah pandangan antum sudah terpelihara? Ataukah hanya sebatas berpura-pura menunduk ketika melihat seorang akhwat dan terlepas dari itu mata antum kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa? Atau tundukan pandangan antum hanya menjadi alasan belaka?

Akhi… Diri antum kini telah menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum miliki, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra ikhwan yang lain? Karena ada kalanya orang lain akan mempunyai persepsi yang di sama ratakan antara ikhwan yang satu dengan ikhwan yang lain. Jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra ikhwan yang lain.

Akhi… Diri antum telah menjadi dambaan semua orang, beberapa diantaranya mungkin tengah memperhatikan antum. Karena itu yakinlah, bahwa preman wanita sekalipun tidak menginginkan suami yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan suami yang sholeh. Jadi siapkah antum sekarang menjadi suami yang sholeh, yang selalu di damba-dambakan oleh semua wanita?

sembilanpustaka

~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Akhi, Dengarkanlah Saudaramu Ini ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1komentar: di postingan Akhi, Dengarkanlah Saudaramu Ini
 

1 komentar: