Ketika Kisah Belajar Menata Hatinya

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, (CATATAN : JANGAN DIBACA PADA SAAT ADZAN DI MESJID SEDANG BERKUMANDANG)

Kisah dibawah ini sepenuhnya FIKTIF belaka. Mohon maaf bila ada kesamaan nama, lokasi, waktu, kejadian dan hal sekecil apapun yang mirip dengan pembaca, hal itu sudah pasti murni kesengajaan dari penulisnya... hehehe... v^_^'

*
Kisah cepat-cepat menundukkan pandangannya ketika dia lewat. Kisah bergegas menyingkir dari jalanan itu. Ber-istighfar berulang-ulang pada jantungnya yang berdegub gugup.

“Astaghfirullah,” Kisah mengulangi istighfarnya, berhenti sejenak, menyandarkan punggungnya di dinding Lab untuk menenangkan perasaannya, mencengkram erat-erat ujung jilbabnya. Kisah pun menggeleng keras, “Ini tidak boleh.”

“Lagi-lagi hanya orang itu, kenapa harus orang itu?“ Kisah menatap deretan arak-arakan awan di langit yang menampakkan matahari hampir tepat di atas langit fakultasnya, fajar sudah lama lewat, dan langit di atasnya sudah terang benderang. Dia tidak berharap arak-arakan awan di angkasa itu akan menjawabnya. Karena kuliah sebentar lagi di mulai.

**

Kisah pertama kali melihatnya saat registrasi mahasiswa baru, di tempat pengisian formulir. Orang itu meminjam tipeX-nya dan tidak pernah dikembalikan, mungkin sudah hilang, dan Kisah tidak pernah memintanya. Dua tahun yang lalu saat Kisah masih mahasiswa baru, pesona orang itu mulai menyita perhatian Kisah, hanya Kisah yang menyadarinya. Hanya Kisah yang menyadari kalau orang itu telah banyak menyita perhatiannya.

Orang itu selalu duduk di kursi paling depan, memperhatikan pemberi materi seminar dengan serius, sesekali dia mencatat sesuatu di blocknotenya, wajahnya teduh dan kharismatik, berjas almamater biru dan bersama rombongan berjas almamater seperti yang dipakai Kisah. Berarti sama-sama mahasiswa baru di fakultas yang sama. Kisah bertanya-tanya pada batinnya sendiri, dia mengambil jurusan apa, tapi pertanyaan itu Kisah telan sendiri, hanya untuk dirinya sendiri.

***

Sejak kecil, Kisah memang sangat menyukai fajar yang menyingsing. Matahari yang menyembul pelan-pelan di tepian langit. Setelah shalat subuh di mushola dekat rumah, dia dan teman-temannya duduk di pinggir sawah dekat surau, senang menunggui fajar berlalu sampai memunculkan matahari yang terang. Setelah puas, jam tujuh pagi Kisah kecil dan teman-temannya baru ke sekolah. Sampai sekarang, dia semester enam di perkuliahan, Kisah masih senang menunggui fajar sampai waktu shalat dhuha. Lalu berangkat kuliah.

Dia pernah ditanyai teman sekontrakannya tentang hobi uniknya ini, dia hanya tersenyum dan berkata, hobi masa kecil. Karena selepas tilawah usai shalat subuh, Kisah pasti bergegas menuju tempat jemuran kontrakan yang memiliki lubang besar untuk melihat langit. Disitulah kisah mengamati berlalunya fajar, hingga shalat dhuhanya.

****

Tiap kali ada seminar untuk mahasiswa baru, orang itu pasti ikut. Dia selalu duduk paling depan. Dengan wajah serius, tenang dan damai sangat antusias menyimak suara pemberi materi seminar. Kisah bukannya memperhatikan materi seminar, dia malah menulis deskripsi tentang orang itu di lembar blocknotenya.

Laki-laki dengan wajah damai paling terang sendiri di mata Kisah, paling beda sendiri di antara kumpulan mahasiswa baru lainnya. Laki-laki itu seolah sibuk dengan dunia dalam kepalanya. Dia tidak pernah menoleh kiri-kanan, matanya tajam dan fokus ke depan tapi, teduh.

“Ya, Mbak yang di pojokan bisa bantu saya?” seru Pemberi materi.

Kisah tersentak dari keasyikannya mencatat tentang orang itu.

“Hah, saya?” tanya Kisah memastikan.

“Ya, Anda.”

Dan Kisah pun menghentikan aktifitasnya dalam menuliskan deskripsinya tentang orang itu sesaat, beringsut perlahan ke depan menuju meja pemberi materi.

*****

Kisah adalah seorang akhwat yang bisa dibilang tangguh, karena sebagian besar waktunya habis untuk agenda-agenda dakwah. Dia sangat menjaga profesionalitas. Ibadahnya pun kuat. Di saat yang lain sibuk mengunyah sesuatu di hari Kamis, dia saat itu sedang Shaum. Di saat yang lain sedang nge-net di kesekretariatan, dia malah sedang Al-matsuratan di samping rak bacaan keputrian. Dan yang paling identik dengan Kisah adalah: dia punya hobi unik, menunggui fajar hingga shalat dhuha. Romantis juga ya. Saat seorang akhwat junior menanyakan kepadanya, ”Ukh, kenapa senang menunggui fajar hingga shalat dhuha?”

Kisah menjawab santai, ”Ukhty Shanti sayang, itu kebiasaan Kisah sejak kecil sama teman-teman sepermainan, gak tahu kenapa. Menunggu fajar membuat Kisah bisa memuhasabahi diri kali ya?”

Gak tahu ah, kan yang tahu alasannya kan Kisah, bukan aku.

V*

Pertanyaan sederhana tentang orang itu, seperti jurusannya dan hal-hal sederhana lainnya terjawab sendiri ketika Kisah tahu orang itu seorganisasi dengannya. Kisah jadi sering menangisi hatinya di tiap Dzikirnya. Apakah dia telah menduakan Rabbnya.

V**

Saat itu ada syuro membahas program acara salah satu departemen di organisasi, Kisah berargumen dan memberi masukan. Tapi setelah itu dia banyak diam. Terus diam sambil sesekali memurajaah hafalan surahnya, begitu terus sampai syuro berakhir.

V***

Orang itu melintas di depan mushala fakultas. Kisah baru saja selesai shalat dhuha. Kisah melihatnya. Ada yang menjalar di hatinya, Kisah diam, ”Apakah hatinya telah rusak?” batinnya.

V****

Di sekret, aku sedang menyelesaikan artikel untuk mading. Sedangkan Kisah sedang mengerjakan tugas kuliahnya di sampingku.

“Assalamu'alaikum.” Suara seorang ikhwan dari balik hijab.

“Wa'alaikum salam,” jawabku, sedangkan Kisah asyik dalam dunianya sendiri sambil sibuk menggaris-garis sesuatu di atas kalkir yang sama sekali tidak menarik bagiku.

“Ukhty, Kisahnya ada?” tanya Ikhwan itu.

Kisah diam saja, aku menoleh padanya. Dia gak denger ato gimana sih.

Aku mencolek lengan Kisah.

”Ukh, ada ikhwan yang nyari tuh,” bisikku.

“Tahu,” katanya datar.

“Trus?”

Dia menggeleng keras. Aneh, kamu kenapa Kisah?

Akhirnya aku yang berbicara dengan si Ikhwan.

”Ada keperluan apa, Akh? Nanti saya sampaikan ke Ukhty Kisah.”

Ternyata si ikhwan yang bertugas membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) bermaksud menanyakan LPJan dari Sie yang diamanahkan pada Kisah.

X

Dari jauh, orang itu terlihat, berjalan dengan tenang. Kisah buru-buru menyingkir, memutar jalan, mencari jalan lain dengan maksud agar tidak berpapasan dengannya.

X*

Esoknya, Kisah menitipkan LPJ-an-nya ke aku.

“Ukhty Shanti, bisa minta tolong?”

“Apa?”

“Tolong berikan LPJ-an ini ke Akhi Fajar.”

“Kenapa gak kamu sendiri aja?”

Kisah menggeleng keras, wajahnya datar.

”Gak bisa.”

“Kamu ada urusan lain? Ato gimana?”


Kisah menggeleng keras lagi.

”Pokoknya gak bisa”, kata Kisah sambil berlalu begitu saja.

X**

Kisah tidak berani masuk sekret, orang itu lalu-lalang di sekitar sekret. Sebentar lagi, ROHIS fakultas akan mengadakan acara besar, sehingga kesibukan akan sering tampak di sekitar sekret. Kisah menangis, menangisi hatinya yang mungkin telah rusak. Menangisi apakah cinta Allah masih pantas untuknya, sedangkan tiap kali orang itu melintas, hatinya tak kuat menahan perih karena mencintai orang itu diam-diam. Kisah beristighfar berkali-kali.

X***

Orang-orang memanggilnya Kisah, lengkapnya Markisah Syahrani. Sekarang semester enam di Fakultas teknik, sefakultas denganku. Cuma beda jurusan, juga beda angkatan. Gadis manis berjilbab yang jilbabnya melebar seiring bertambahnya pemahamannya tentang aurat wanita dalam Islam. Aktif organisasi. Gadis yang aktif di rohis saat SMA, dan kini dia sama-sama denganku di organisasi keislaman fakultas. Suatu hari hari gadis ini datang padaku dengan terisak, air matanya mengalir. Dia menangis tanpa suara. Aku memeluk saudari seimanku ini, aku tidak berani memastikan tangisnya, aku menenangkanya, menyuruhnya beristighfar. Setelah isaknya sedikit reda dan dapat mengatur napas, kutanyai lembut, ”Ada apa, Ukhty?”

Dia kembali memelukku dan kembali menangis, dan dengan terbata-bata, ”Aku mencintainya, Ukhty, apa hatiku telah rusak.”

Aku biarkan dia menangis dalam pelukanku.

“Fajar, Ukhty. Fajar. Aku tidak bisa menunggui fajar menyingsing dan terangnya matahari lagi, tidak bisa Ukhty,” Kisah sesenggukan.

“Kau tahu? Karena kebiasaanku masa kecilku itu malah makin mengingatkan aku padanya, kenapa bisa kebetulan, Fajar.” Kisah terkoyak, seolah seluruh jiwanya menangis.

Aku turut tenggelam dalam tangis. Kisah makin tergugu.

“Kisah mencintai Fajar, Ukhty. Hati ini mungkin telah rusak, bantu Kisah untuk menatanya kembali.”

Itulah fitrah, tapi ah, hatimu pasti perih saudariku.

X****

Sejak saat itu, Kisah tidak pernah sekalipun berpartner dengan Fajar, tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan ikhwan ini. Satu-satunya ikhwan yang tidak ada dalam phonebook HP Kisah. Fajar juga bukan tipe ikhwan yang menonjol seperti halnya Fatih, Bangun, ataupun Razak atau seperti Akhi Zumar, Dimas, Imam yang aktif di BEM dan Himpunan. Fajar adalah ikhwan yang biasa-biasa saja. Bersahaja, pembawaannya tenang namun ulet dan amanah, tipe orang di balik layar. Dia luput dari pengamatan siapa saja jika berada di tengah potensi ikhwan-ikhwan yang lain. Tapi tidak bagi Kisah, Fajar tidak pernah luput, dari awal, sejak dia dan Kisah sama-sama masuk universitas.

Kisah menyibukkan diri di banyak amanah, memperbanyak dzikir, meningkatkan kualitas ibadahnya. Dia berharap dia tidak menunggui Fajar lagi. Tidak ada lagi melihat fajar menyingsing seusai subuh.

Kisah dan Fajar-nya, ketika Kisah mulai belajar menata hati. (kolomkita, dengan sedikit perubahan)

*daftar istilah:

Syuro = rapat
Hijab = pembatas

WaLLAHu a'lam bishawab, Wassalamu'alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh. sembilanpustaka
~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Ketika Kisah Belajar Menata Hatinya ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 3 komentar: di postingan Ketika Kisah Belajar Menata Hatinya
 

3 komentar:

  1. Anonymous25/6/10 16:13

    hmmmmmmmm...kisah,,emang sakit memendam perasaan,apalagi membuangx.But,menjaga jarak itu juga penting tuk jaga hati..

    Bagus...lanjutkan sembilan pustaka..ditunggu karya2 lainx..

    ReplyDelete
  2. hmm,sdh smster 6 y...knp gak sXan memikirkan ms dpn (nikah) aj? :D

    ReplyDelete