Kubawa Rembulan Turun ke Bumi (2of3)

Rembulan yang Dirindukan


Waktu pun berlalu. Alhamdulillah, akhirnya Raihan lulus juga setelah berjuang menyelesaikan skripsi selama satu semester. Perjuangan yang cukup melelahkan. Menguras tenaga dan pikiran.

Minggu depan Raihan akan wisuda, selain memencet-mencet keypad hp-nya tentang kabar gembira ini ke abah dan emak di Sampang. Raihan juga memberi kabar gembira kepada sahabatnya. Raihan mengambil laptop di meja kerjanya dan membuka inbox dan mengirimkan kabar kelulusannya ke Hanafi.

To : akh_hanif@yahoo.com
Subject : Datang ke wisuda ana ya!
From : m_raihan@yahoo.com
Date : 12 Agustus 2008 (11:25 WIB)

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Semoga selimut cinta-Nya selalu menaungi tapak hidupmu.

Bagaimana kabarmu akhi? Bisnismu lancar juga kan ? Oh-iya, insyaAllah ana akan wisuda minggu depan, bisa datang kan ! Kalau bisa sama Abah dan ummi karena abah dan ummiku juga insyaAllah datang ke Surabaya. Kan nanti bisa kumpul rame-rame he-he-he.
B-t-w antum kapan nikah? Bisa nyariin sesosok rembulan terang dari Bandung? he-he-he, bercanda!

Aku tunggu yah kehadiranmu di wisudaku!

“…Sungguh aku mencintaimu karena Allah, Semoga engkau di cintai Allah, yang karena-Nya engkau mencintaiku.”

Wassalamu alaikum wr.wb.

Saudaramu Fillah,

Raihan nan faqir ilmu


Bip-bip-bip… laporan pesan terkirim muncul di monitor. Raihan meninggalkan laptopnya, setelah panggilan muadzin memanggil untuk memakmurkan masjid. Lalu Raihan sholat dzuhur berjama’ah dengan staf-stafnya. Setelah shalat sunah ba’da dzuhur Raihan kembali ke ruangan kerjanya.

Bip-bip monitor menyala, ada email baru yang masuk.
Ketika Raihan membukanya, ternyata balasan dari Hanafi.

To : m_raihan@yahoo.com
Subject : re:Datang ke wisuda ana ya!
From : akh_hanif@yahoo.com
Date : 12 Agustus 2008 (12:25 WIB)

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Semoga tetesan embun kasih-Nya selalu menerpamu saudaraku.

Kabarku di Bandung alhamdulillah sehat dan selalu dalam naungan-Nya, semoga engkau juga begitu.

Alhamdulillah, bisnis lancar. insyaAllah akan segera dibuka cabang di Surabaya, jadi kita bisa sering ketemu nanti.

Insya Allah tahun ini ana nikah.

Akhwat Bandung!!! memangnya di Surabaya kehabisan akhwat apa, sampai minta dicariin di Bandung. he-he-he, bercanda juga kok.

Tapi kalau kamu memang serius, ada lho akhwat yang siap nikah disini. Mau tidak?
Dia insyaAllah mengenalmu dan kamu juga kenal dengan dia. Jika kamu mau dan siap… nanti kita bicarakan lagi. Ok akh!

Ana uhibbuka fillah ya akhy!

Wassalam ‘alaikum wr.wb.

Paris van Java, Jatinangor

Hanafi


Dag-dig-dug, denyut nadi Raihan bersenandung cepat, setelah dibacanya email balasan dari Hanafi.

Ada raungan tanya yang menyergap. “Siapa akhwat itu? Kata Hanafi dia kenal aku dan aku kenal dia, tapi siapa? Seingatku selama di Surabaya aku belum pernah kenalan dengan akhwat manapun. Jangan-jangan Hanafi hanya bercanda dan menggodaiku saja,” batin Raihan.

Saking penasarannya, Raihan langsung mengirim sms ke Hanafi

Bisa online di YM sekarang? aku mau nanyain tentang akhwat itu. o_O’

Tak lama balasan dari Hanafi datang.

Afwan… aku lagi ada meeting dengan kolega di Cimahi. He…he..he penasaran sama sang rembulan di langit hati nih. Ciye... ^o^

Raihan kembali membalas sms dari Hanafi

Bisa online besok jam 09.00?

Balasan Sms dari Hanafi masuk lagi

InsyaALLAH… :)

Terus terang untuk saat ini, menanti mentari menyembul kala pagi, serasa menunggu antrian mengisi BBM di SPBU selama tiga hari.

♥♥♥

Misteri sang Rembulan


Jam 09.00 di kantor Raihan. Setelah membuka laptop dan buka ID YM-nya.
Cring…..ternyata Hanafi sudah online.

akh_hanif : Assalamu ‘alaikum wr.wb.

m_raihan : Wa alaikumsalam wr.wb. apa kabarmu akhi?

Akh_hanif : Baik, alhamdulillah. Kamu sendiri bagaimana? Cieee…yang lagi penasaran sama sesosok rembulan. He-he-he

M_raihan : Sehat dan baik, alhamdulillah bisnis juga lancar. Iya nih aku penasaran sama akhwat yang antum tawarkan. Tidak bercanda kan ? Sepertinya aku belum pernah ketemu dan kenalan dengan akhwat Bandung selama di Surabaya.

Akh_hanif : Ana serius. Begini…dia itu sebenarnya adik kandungku sendiri. Kenapa aku ingin menjodohkan kalian berdua? Yah, karena selain aku sudah paham dengan sepak terjangmu, aku mempercayaimu sebagai saudara seiman, seperjuangan bahwa engkau bisa dan sangggup menjadi imam untuk dia. Selain itu aku ingin melekatkan tali ukhuwah kita agar lebih merekat-erat. Tentang siapa dia, nanti akan kami pertemukan kalian berdua satu minggu lagi ketika wisudamu. Untuk sementara engkau boleh shalat istikharah dulu.


Adik Hanafi? Lalu dia kenal dengan aku, dan aku juga tahu tentang dia? Kapan kenalnya? Siapa akhwat itu? Benar-benar sebuah misteri.

M_raihan : Ok..aku akan shalat istikharah dulu. Nanti aku telepon saja ya!

Akh_hanif : Ok…aku tunggu jawabanmu. Semoga bisnis dan ikhtiarmu lancar. Assalamu ‘alaikum.

M_raihan : Syukron, semoga bisnismu juga makin merebak meruah. Wassalamu ‘alaikum.

Di layar monitor : Akh_hanif has sign-out


♥♥♥

Bidadari di Langit Hati


Besok pagi Raihan akan di wisuda. Abah dan emak sudah dari tiga hari kemarin datang di Surabaya, dan selama itupula Raihan jadi guide pribadi, mengantar Abah dan Emak berputar-putar keliling Surabaya mulai dari Kebun Binatang Surabaya, Taman Kebun Bibit, pantai Kenjeran, Masjid Agung Al Akbar Surabaya dan sampai Pasar Turi pun tak luput dari jelajah dalam kota mereka. Sebelumnya Raihan juga sudah memberitahu ke Abah dan Emak bahwa calon besan dan menantunya sehabis isya’ akan datang bersilaturrahim dan sekalian ta’aruf. Beliau berdua dengan bijak menyerahkan sepenuhnya kepada Raihan siapa jodoh yang tepat. Raihan bersyukur, karena kadang di kampung mereka masih memakai adat yang kolot, kalau memilih jodoh mereka kelak harus satu suku, bibit-bebet-bobot harus sesuai dengan standar orang tua.

Hanafi dan keluarga juga adiknya sudah sejak subuh tadi datang ke Surabaya, tapi mereka masih rehat di hotel Shangrilla, sebuah hotel bintang lima yang lumayan bagus servisnya. di jalan Jl. Mayjend Sungkono. Mereka memang sudah membuat janji bahwa acara ta’aruf Raihan dengan adiknya Hanafi akan dilaksanakan sehabis sholat Isya’.

Jam 17.40 WIB Nissan Terrano ber-plat Bandung terparkir di depan halaman rumah Raihan. Aliran darah Raihan semakin cepat, degup jantungnya mulai tak beraturan. Keringat dingin mengucur dengan deras.

Raihan dan kedua orang tuanya dengan hangat menyambut sang tamu istimewa di beranda depan rumah.

Pertama yang keluar dari mobil adalah Abi dan Ummi-nya Hanafi, kedua wajah bijak yang masih lekat di ingatan Raihan setahun lalu. Lalu Hanafi keluar dari pintu depan bagian kanan.

“Assalamu’alaikum” lontar Abi dan Umminya Hanafi.

“Wa’alaikumsalam” berbarengan mereka menjawab uluk salam.

Setelah Raihan mencium kedua tangan Abi dan umminya Hanafi, kedua orang tua Raihan menyusul saling bersalaman satu sama lain.

“Mari masuk,” Abinya Raihan mempersilahkan kedua orang tua Hanafi.

Tentu saja Raihan langsung menyergap dan memeluk erat Hanafi, sahabat yang dirindukannya itu.

“Bagaimana kabarmu akh? sudah lama kita tidak bersua ya! “ sapa Hanafi hangat.

“Alhamdulillah masih dalam lindungan Allah, kamu nampak sehat juga ya!.” Jawab Raihan sambil melirik ke arah mobil, karena Raihan tahu masih ada sesosok yang agak malu-malu tidak mau keluar dari dalam mobil sana.

“Oh-iya ada sesosok rembulan yang masih tertinggal di mobil, aku panggil dulu ya!” seperti mengerti dengan kegelisahan dan kepenasaran hati Raihan. Hanafi berbalik badan dan melambai ke arah mobil.

Dari balik remang-remang penerang lampu jalan di depan perumahan Raihan bisa melihat sesosok akhwat berjilbab biru gelap memakai kerudung putih keluar dari pintu samping kiri. Masih nampak samar Raihan kurang jelas dengan pemandangan yang ada. Barulah berjarak lima meter di bawah naungan cahaya lampu taman, sesosok itu menampilkan cahaya kemilaunya.

Tercekat tenggorokan Raihan, dia..dia…sesosok bayangan yang pernah di kaguminya. Sosok cahaya yang pernah bersemayam di pikiran Raihan.

“Subhanallah, Za..zah..zahra”, terbata Raihan mengeja sebuah nama yang telah agak terlupakan dari ruang memorinya.

“Ya dia Zahra, dia adik kandungku satu-satunya.”

“Bagaimana bisa !” Raihan geleng-geleng kepala tak mengerti.

“Dia yang kuliah di kedokteran UNAIR. Dia akhwat yang dulu kamu kagumi sejak masuk ke Surabaya. Aku sudah banyak cerita ke dia tentang kamu. Juga tentang sang pemuja yang merindu sesosok rembulan sampai berpuitis-ria he-he-he. Ketika kutanyakan apakah dia sudah siap menikah tahun ini kalau ada ikhwan yang melamar, dia jawab insyaAllah siap. Ya sudah…terus kebetulan kamu mengirim email yang isinya ingin mencari bidadari dari Bandung, klop kan!” tanpa tedeng aling-aling Hanafi dengan panjang lebar menjelaskan sambil berbisik.

Entahlah, jika ada cermin di hadapan Raihan, mungkin mukanya sudah tidak berbentuk sama-sekali, wajah Raihan yang merona merah bak buah semangka yang terbelah.

Seulas senyum menghampiri “Assalamu ‘alaikum akhi Raihan.” Desisan suara itu bak siuran denting syair syahdu mengalun menyambar di kedua telinga Raihan.

“Wa..wa.. ‘alaikum salam, silahkan masuk ukhti…” balas Raihan tergagap, sambil menatap lantai marmer rumahnya.

Ada geletar syahdu yang menyelusup di taman langit hati Raihan.

Ada keteduhan yang mengalir dalam darah Raihan.

Ada buncahan gembira yang menari direlung sanubari.

Ada rasa tak percaya bahwa sang rembulan ternyata adalah wanita shalihah yang Raihan kagumi. Ya! …sesosok rembulan teduh yang menautkan hati Raihan sejak mata mereka bertemu pada pandangan pertama. Meski Raihan tahu itu bukan cinta, tapi kekaguman atas pancaran pesona kecantikan karimahnya.

♥♥♥

(Bersambung)(10/09)

Ingin tahu kelanjutannya?? Stay terus disini... ^^


sembilanpustaka

~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Kubawa Rembulan Turun ke Bumi (2of3) ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 2 komentar: di postingan Kubawa Rembulan Turun ke Bumi (2of3)
 

2 komentar: