Aku sendiri
Tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari
Dia telah pergi Tinggalkan diriku
(kini kau tlah pergi tinggalkanku)
(*)
Adakah semua kan terulang
Kisah cintaku yang seperti dulu
(mungkinkah terulang lagi)
Hanya dirimu yang kucinta dan kukenang
Di dalam hatiku (di dalam hatiku)
Takkan pernah hilang (takkan pernah hilang)
Bayangan dirimu untuk selamanya (selamanya)
(**)
Mengapa terjadi (tlah terjadi)
Kepada dirimu (di dirimu)
Aku tak percaya kau telah tiada
Haruskah ku pergi tinggalkan dunia
Agar aku dapat berjumpa denganmu
Back to (*)
Back to (**)
---
Siapa yang tak kenal lagu ini? Hampir semua lapisan masyarakat ngerti betul lagu ini, apalagi saat ini menjadi soundtrack lagu dari salah satu sinetron di televisi swasta. Maka tak heran jika anak kecil, remaja aktivis dakwah atau bukan mengenalnya bahkan mungkin hafal diluar kepala.
Disini saya coba memberi penafsiran dari sudut pandang lain. Terlepas dari maksud penulis liriknya yang asli, tulisan ini adalah penafsiran sudut pandang saya pribadi. Jadi tanpa panjang lebar, mari kita mulai saja...
Bait pertama lagu ini menunjukkan bagaimana seorang hamba ALLAH menghabiskan malamya dengan sholat qiyamul lail. Dimana pada malam hari semua makhluk terlelap dalam mimpi, ketika dingin sangat menusuk di tulang, ketika mata masih terkantuk-kantuk. Siapa yang sanggup untuk menjalankannya?? dia seorang diri menegakkan sholat qiyamul lail. Juga kerinduan yang sangat besar terhadap sosok Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam. Kita memang belum terlahir pada jaman itu.
Pada bait ke dua, dimana seorang hamba mengharapkan kisah-kisah suci saat itu (Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam masih hidup) dengan para sahabat, akan terulang kembali pada jaman ini, dialaminya sendiri. Sebagaimana pengharapan semua hamba ALLAH untuk dapat bertemu Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam.
Bait ke tiga, karena sepenuhnya sadar tidakklah mungkin bertemu secara badaniyah dengan Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam, maka hamba tersebut hanya bisa mengenangnya dalam hati. Bagaimana seorang hamba akan tetap memenuhi dan menjalankan Sunnah-nya, meneladani semua perilaku-nya. Kita tanamkan sifat-sifat itu dalam hati kita. Sampai tidak terasa bahwa sebenarnya Beliau tidak hidup lagi di jaman ini. Dia telah ada di atas sana, di samping singgasana Arsy (Singgasana) Allah Azza Wa Jalla. Menunggu berpulangnya semua umat-nya sekarang ini.
Bait terakhir, dengan meneladani Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam, serasa Beliau kembali hadir di kehidupan kita sekarang ini. Meskipun akan sukar kita percayai, manusia dengan akhlaq semulia Beliau harus sekejap waktu itu menyertai umat-nya. Sekarang yang tersisa bagi kita hanyalah, bagaimana kerasnya usaha kita, agar kelak kita bisa dipertemukan dengan Rosulullah Shollallahu 'alaihihi wasallam,
SubhanaLLAH... ternyata...
~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~
0 komentar:
Post a Comment