Sepenggal Wasiat Seorang Ayah



UNTUK ANAK-ANAKKU… !!
Waktu yang berlalu sudah banyak. Umur yang tersisa tinggal sedikit saja.
Sewaktu-waktu ayah akan kembali. Ini memberi arti perpisahan sudah dekat sekali.
Kapan saja hal itu bisa terjadi. Oleh karena itu, alangkah baiknya ayah memberi wasiat pada kalian sekarang.
Bukan harta benda, bukan juga uang juta rupiah, apalagi berhektar lahan dan rumah mewah.
Tapi hanyalah nasehat untukmu anak-anakku…

Anak-anakku, ingatlah selalu akan mati, ia akan melembutkan hati.
Memendekkan angan-angan. Tidak memandang besar dengan dunia, tapi memandang besar dengan dosa.

Anak-anak cahaya mataku!
Jauhilah sifat sombong. Karena ia dosa besar setelah syirik dan durhaka dengan dua ibu bapak.

Tanda-tandanya hanya dapat dilihat oleh mata hati. Bukan mata kepala.
Diantaranya: Tidak terasa dirinya hamba yang hina, tidak melihat dosa sendiri, memandang besar dosa orang lain.

Pantang ditegur, hatinya sakit. Tidak senang dengan kelebihan orang lain. Dengki-pun datang, hati-pun sakit.
Keluh-kesah dengan ujian seperti miskin, dihina orang dan lain-lain. Bangga dan lupa dengan kesenangan.
Dendam dengan orang. Mudah tersinggung dan marah.
Di depan dia menyepak. Di belakang dia menanduk.
Lupa dengan mati. Tidak risau dengan dosa…

dan masih banyak tanda yang lain, yang mungkin masih belum banyak diketahui orang...

Anak-anakku yang tersayang!
Jagalah harga diri, dengan tidak meminta-minta. Jauhilah berhutang agar diri tidak terhina dan jiwa tidak derita sengsara.

Dan jangan pula berkeluh-kesah dengan kesusahan yang kita alami, karena ia menghilangkan cahaya muka dan terkuburnya wibawa.
Dan,… yang paling ditakuti, karena ia membawa jahat sangka dan buruk sangka dengan Tuhannya sendiri….

Anak-anakku yang tercinta!
Jagalah harga diri keluarga. Lebih-lebih ibu bapak. Menghina mereka artinya menghina diri sendiri.
Memalukan mereka berarti memalukan diri sendiri. Menghina ibu bapak di dunia saja jiwa akan menderita.
Ke mana saja pergi hidup akan sengsara. Begitu pula nanti di Akhirat sana.
Karena dosa yang paling besar setelah syirik ialah durhaka dengan kedua ibu bapak-nya.

Anak-anakku yang dikasihi! Jagalah sholat lima waktu kalian, Betulkanlah selalu.

Di Akhirat nanti, sholatlah yang akan diperiksa lebih dahulu. Bila sholat tertolak, kebaikan yang lain, walaupun menggunung tidak ada nilainya lagi….

Ayah senang, ayah telah dapat mewujudkan apa yang kalian minta, meskipun beberapa belum bisa ayah kabulkan.
Dan apa yang sudah ayah berikan untuk keluarga kita, meskipun beberapa mungkin jauh dari apa yang kita inginkan.
Tapi yang paling membuat ayah gembira, mengetahui kalian telah belajar bagaimana untuk bersyukur,
atas apa-apa yang kita dapatkan setiap hari.

Kita telah bisa bersyukur masih dapat berjalan kaki kemanapun kita kehendaki,
sedangkan kita lihat orang-orang berlalu lalang mengendarai mobil mewah,
Kita telah bisa bersyukur masih dapat berpakaian walau sederhana tapi menutup aurat,

sedangkan kita lihat orang berlalu lalang tampak gagah berpakaian serba mahal,
Kita telah bisa bersyukur mendapati bangunan sederhana ini sebagai tempat kita sekeluarga beristirahat di malam hari,
tempat kita sekeluarga berlindung ketika panas, dan tempat kita sekeluarga berteduh ketika turun hujan lebat,
sedangkan kita lihat sekeliling kita telah menjulang gedung yang tinggi seakan menyangga langit
yang terkadang menghalangi kita tuk menangkap sinar mentari di pagi hari.

Ayah akui, ayah tak sesempurna Luqman Al Hakim dalam mendidik kalian.
Tapi bagi ayah, bila kalian juga bisa menjaga apa yang diamanahkan Luqman Al Hakim kepada anak-anaknya
Itu sudah cukup membuat ayah bangga...


***

Abi... Dede sayang Abi... Semoga Dede bisa membuat Abi bangga...

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sepenggal Wasiat Seorang Ayah ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sepenggal Wasiat Seorang Ayah
 

0 komentar:

Post a Comment