Pacaran vs. Ta'aruf

Aku hampir saja menyelesaikan kuliah kedokteran ku. Tiba-tiba sebuah ujian dariNya datang kepadaku. Waktu itu aku sedang sendirian berada di perpustakaan lalu seseorang yang selalu ada di hatiku datang kepada ku.

"Rin aku boleh minta waktu sebentar?"

"Ada apa ya?", aku balik bertanya.

"Ada yang mau aku tanyakan ke kamu"

"Langsung aja ngomong", aku tersenyum simpul

"Tapi tempatnya kurang pas"

"Tempatnya enak kok ber-AC lagi", aku menolaknya dengan halus.

"Aku, aku suka sama kamu, kamu mau jadi kekasihku?", jantungku berdetak sangat cepat. Aku juga tidak bisa membohongi perasaan ku. Aku pun mencintainya tapi bukankah pacaran itu di larang? bagaimana? jalan satu-satunya adalah....

"Aku, juga suka sama kamu tapi apa kamu mau menerima aku apa adanya kan?"

"Tentu saja"

"Begini, seharusnya kamu tahu karakter ku aku sangat mencintai agama ku dan maaf bukannya aku tidak menghargai usahamu tapi bukankah pacaran dalam islam itu dilarang!"

"Jadi kamu tidak menerima ku?"

"Bukan begitu, lebih baik kita ta'aruf saja"

"Maksudnya apa HTS?"

"Bukan, sedikit berbeda. Ta'aruf adalah perkenalan sebelum menikah jadi kita saling mengenal satu sama lain baik kekurangan pada diri kita, kelebihan orang tua kita, dan kita harus mengucapkan secara jujur. Bukan ajang maksiat seperti pacaran." mendengar kata-kataku dia terdiam mungkin ada sedikit kekecewaan di hatinya.

"Maaf aku tahu bukan ini yang kamu harapkan. Tapi begitulah aku. Apa salahnya kita menjalani perintahNya dan menjauhi laranganNya dan apakah dengan pacaran lalu menikah kita bisa menjalani keluarga yang sakinah? aku nggak memaksa kamu, itu semua terserah kamu mau menerima keputusan aku atau mungkin kamu akan mencari perempuan yang lebih baik."

"Tentu saja aku akan menerima keputusan kamu tapi aku tahu kamu emang sedikit membatasi pergaulan dengan laki-laki. Tapi sekali-kali aku juga ingin sedikit menikmati masa muda denganmu."

"Maksud kamu jalan berdua, makan berdua, Kemana-mana berdua, dll. Begitu? Itu semua bisa kita lakukan kok. Begini saja, besok kamu makan malam dirumah aku aja. gak keberatan khan? lagian kan bisa dijaga sama orang tuaku dari pada makan di luar nanti kalo ada rampok gimana?"

"Iya sekali-kali kamu makan ke rumah aku juga ya!"

"Tapi aku nggak bisa malam-malam paling juga siang eh biar bang mamat supir aku aja yang nganter aku takut ngerepotin kamu."

"Iya deh", lagi-lagi mukanya kusut!

***

"Rin, lo pacaran ma Indra ya?"

"Gak kita ta'aruf"

"Lo fanatik banget sih"

"Gak juga kok."

Begitulah banyak orang yang bingung melihat hubungan kami, Indra pun awalnya tampak tak senang. Walaupun akhirnya dia bisa memaklumi kurang lebih 6 bulan kita sudah ta'aruf walaupun awalnya dia agak keberatan dan banyak orang yang bingung melihatnya. Akhirnya dia bisa memaklumi kekurangan dan kelebihanku begitu juga aku. Kami saling terbuka dia menceritakan kekurangan dan kelebihannya begitu juga aku. Orang tua kami yang tadinya terlihat 'killer' pada kami pun bisa menyetujui kami. Karena sikap kami. Dan saat aku pulang kuliah hal yang tak pernah ku duga terjadi.

"Begini pak, bu kedatangan saya hari ini ingin meminta izin apakah boleh minggu depan saya mengajak orang tua saya untuk bersilaturahmi kesini"

"Loh, ada apa memangnya?" bapak dan ibu Rina tampak kaget.

"Ingin melamar putri bapak", jawaban singkat keluar begitu saja dari bibir.

Mereka pun tampak tersenyum. "Kami akan setuju dengan apapun jawaban putri kami. Kami percaya putri kami sudah memiliki jawabannya sendiri, kami hanya bisa memberikan restu untuk itu. Tapi bukankah kalian sekarang sama-sama masih kuliah."

"Pak sebentar lagi kami akan wisuda. Kami menikah saat selesai wisuda saja"

"Baiklah", jawab ayah Rina sambil tersenyum. "Bapak tunggu kedatangan keluargamu minggu depan"

AlhamduliLLAH, air mata bahagia keluar dari mataku itu adalah masa muda yang indah antara aku dan dia. Terima kasih ya Allah karena engkau telah menjauhkanku dari kesesatan. dan terima kasih karena kami sudah berhasil membangun keluarga yang sakinah.

Sumber : Cerpen Network_

/*---------

UPDATE :



Tujuan
- taaruf (t) : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.
- pacaran (p) : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah ...

Kapan dimulai
- t : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.
- p : saat sudah diledek sama teman:"koq masih jomblo?", atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman.

Waktu
- t : sesuai dengan adab bertamu.
- p : pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari klo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa.

Tempat pertemuan
- t : di rumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid, sekolahan.
- p : di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik.

Frekuensi pertemuan
- t : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.
- p : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu.

Lama pertemuan
- t : sesuai dengan adab bertamu
- p : selama belum ada yang komplain, lanjut !

Materi pertemuan
- t : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan.
- p : cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.

Jumlah yang hadir
- t : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu).
- p : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua). klo rame-rame bukan pacaran, tapi rombongan.

Biaya
- t : secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu).
- p : kalau ada biaya: ngapel, kalau ngga ada absent dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya di rumah aja kali ya? tapi gengsi dong pacaran di rumah doang ?? apa kata doi coba ??

Lamanya
- t : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
- p : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.

Saat tidak ada kecocokan saat proses
- t : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.
- p : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya.

Istilah pacaran sebenarnya tidak ada batasan bakunya, namun umumnya yang namanya pacaran itu apalagi di zaman permisif dan hedonis sekarang ini- tidak lain adalah hubungan lain jenis non mahram dengan segala aktifitas maksiatnya dari khalwat, zina mata, zina telinga dan sampai zina kemaluan.

Bahkan beberapa penelitian di berbagai tempat seperti di Yogyakarta beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa sebagian besar pasangan pacaran itu memang telah melakukan hubungan tidak senonoh mulai dari bercumbu, berpelukan, berciuman sampai persetubuhan.

Parahnya, semua itu umumnya dilakukan oleh para mahasiswa yang nota bene terpelajar dan calon pemimpin bangsa. Jadi hampir bisa dikatakan bahwa pacaran itu tidak lain adalah zina atau minimal mendekati wilayah zina yang memang haram dan dilarang oleh semua agama.

Sedangkan taaruf justru sangat berbeda dengan pacaran. Ta'aruf adalah sesuatu yang syar'i dan memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.

Perbedaan hakiki antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. pacaran tujuannya lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan. Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan.

Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia Cuma...

---

Taaruf bisa diartikan sebagai perkenalan. Namun dalam praktek sehari-hari ada yang menggunakan kata taaruf sebagai suatu proses sebelum ikhwan dan akhwat menjalani pernikahan. Dalam taaruf, mereka saling mengenalkan keadaan diri masing-masing, bila cocok bisa dilanjutkan ke proses khitbah dan bila tidak maka proses akan dihentikan. Mungkin seperti itu secara sederhananya, walaupun pada prakteknya bisa begitu rumit dan kompleks.

Pacaran adalah suatu hubungan dekat yang dibuat oleh 2 orang (biasanya lawan jenis) tanpa ada ikatan resmi. Biasanya pacaran dilakukan karena adanya rasa saling suka. Dalam pacaran kadang disertai aktivitas yang terlalu intim dan dilarang agama, namun ada juga yang masih bisa menjaga dirinya masing2. Dalam hubungan pacaran, bisa jadi ada rencana pernikahan, namun kebanyakan belum memikirkan ke arah pernikahan. Dan bagi yang memikirkan pernikahan pun ada yang mau nikah dalam waktu dekat dan ada yang masih lama rencana nikahnya. Namun, persepsi umum dari pacaran adalah aktivitas intim (kedekatan) yang dilakukan 2 orang yang masih belum resmi menjadi suamu istri. Kedekatan itu bisa kedekatan secara fisik dan bisa jadi kedekatan komunikasi.

TAARUF vs PACARAN

Nah, yang ingin saya soroti sekarang adalah ada orang-orang yang berniat taaruf namun dalam prakteknya mereka berbuat aktivitas seperti layaknya orang pacaran. Sehingga niat menikah pun menjadi tertunda gara-gara mereka sudah merasa dekat, dan mereka puas dengan kedekatan itu sehingga tidak jadi memikirkan ke arah pernikahan. Makanya, saya sepakat dengan cara yang dilakukan oleh para ikhwah bahwa proses taaruf itu diperantarai oleh teman yang dipercaya atau guru ngaji agar 2 orang yang taaruf itu tidak jatuh dalam aktivitas pacaran. Dan dengan dibantu, maka diharapkan proses pernikahan itu bisa lebih disegerakan.

Namun saya juga punya pendapat bahwa kehadiran perantara dalam suatu taaruf bukan hal yang mutlak diperlukan karena bisa jadi ada hal-hal yang bersifat pribadi yang harus diberitahukan pada calon istri/suami, dan itu bukan menjadi konsumsi umum. Dan lagi, perantara bisa jadi tidak diperlukan kalau 2 orang yang ingin menikah itu sudah mengenal sebelumnya, bisa karena mereka adalah teman kuliah, teman kerja, tetangga, atau mungkin kenalan dari orang tuanya, dll. Maka, banyak jalan menuju roma, banyak jalan menuju pernikahan islami. Asalkan masih dalam koridor syariat dan tidak melakukan aktivitas pacaran, karena pacaran itu di masyarakat kita berkonotasi (bermakna) negatif, yaitu aktivitas mendekati zina, astaghfirullahal 'adzim.

---------*/
~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Pacaran vs. Ta'aruf ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 2 komentar: di postingan Pacaran vs. Ta'aruf
 

2 komentar:

  1. ternyata isi blog yng ini sama ya tapi pnya saya tidak terlalu menjelaskan tentang taaruf
    thx'ya infonya
    kunjungi blog saya jg ya....
    jgn lpa cmmentna
    http://kitacintaislam.blogspot.com/2009/09/dalam-islam-pacaran-boleh-gak-ya.html

    ReplyDelete
  2. @annisa : Sama-sama... salam ukhuwah juga... :)

    ReplyDelete