Tak Kenal Maka-nya Ta'aruf

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

(CATATAN : JANGAN DIBACA PADA SAAT ADZAN DI MESJID SEDANG BERKUMANDANG)

Seorang suami pernah bercerita, bahwa dalam usia pernikahannya yang memasuki tahun ketiga, ia tak juga merasa semakin mengenal sosok istri-nya. Masih sekian banyak hal-hal asing dan bahkan aneh yang ia temukan pada diri seorang makhluk "sangat-halus" bernama istri-nya itu. Siapakah dirimu wahai istri-ku? Demikian ia sering bertanya dalam hati.


Seorang perempuan yang tiba-tiba menangis tanpa sebab-sebab yang bisa diterima akal laki-laki. Seorang perempuan yang tiba-tiba ngambek hanya karena urusan kecil menurut ukuran laki-laki. Sesekali sedemikian manja dan amat ceria, pada kesempatan lain tampak begitu tegas dan keras. Sesekali tampak cerdas dan pintar dalam berargumentasi, sesekali tampak sedemikian emosional dan logikanya tidak jalan sama sekali.

Dunia laki-laki sering mengajarkan pola hidup rasional, argumentative, dan cenderung mengeliminir unsur perasaan dan dalam banyak hal : kaku. Ia lebih bisa memahami mengapa seseorang berkelahi, daripada mengapa ada orang yang menangis dalam menyelesaikan masalah. Ia lebih bisa menerima seseorang yang berdebat dalam mempertahankan keinginannya daripada seseorang yang diam membisu dalam mengekspresikan keinginannya. Ia lebih mudah mengerti jawaban "iya" dan "tidak" daripada bahasa perasaan yang mengalir tanpa kejelasan.

Tapi sedemikian pulalah yang dihadapi oleh sang istri. Seorang akhwat muslimah, yang belum pernah bersentuhan kulit dengan laki-laki di masa lajangnya. Tiba-tiba ia merasa ada "raksasa yang mengobrak-abrik" banyak rahasia dirinya yang selama ini telah ia jaga rapat-rapat dibalik hijab-nya. Sehelai rambut yang sempat menyembul keluar dari balik kerudung rapinya saja sudah cukup membuat ia malu dan merah padam wajahnya di depan laki-laki. Kini semua rambutnya berjurai lepas di dalam rumah, di hadapan seorang ikhwan. Ia mencoba menyesuaikan irama kehidupan dirinya dengan suami. Ia mulai mengenal dunia laki-laki secara sangat dekat tanpa jarak. Ia mulai mencoba berinteraksi dengan sosok yang dulu masih berstatus "seseorang-yang-pantang-untuk-didekati-sendirian-karena-kita-bukan-mahram" sedangkan sekarang sudah naik dengan drastis menjadi "seseorang-yang-wajib-diikuti-karena-kamu-imam-saya". Bahasa-bahasa dakwah yang kental dan bahkan amat pekat selama ini, telah mencetak sebuah kepribadian aktivis yang berbahasa lugas dan tak pandai juga tak terbiasa "berbunga-bunga" dalam berbahasa dan bertutur kata. Kini harus ada sedikit evolusi kultural, dimulai dari penampilan, berparfum didepan suami, bersolek wajah, merajuk, merayu, bersikap manja dan membahasakan cinta secara berbunga-bunga. Kesemuanya itu tidak pernah ada pelajarannya saat di sekolah ataupun di perkuliahan dulu. Tidak pernah ada materi pembinaannya. Tiba-tiba harus bisa, dalam waktu sekejap saja.

Kita dibuat tidak secara pandai dan argumentatif memahami dunia pasangan kita, kecuali melalui pembelajaran dan saling membantu untuk terbuka kepada pasangannya tentang apa yang dirasakan. Saling membantu mengajarkan tentang diri sendiri, bahwa "aku-adalah-salah-satu-makhluk-Allah-yang-juga-punya-keinginan" dan mestinya "engkau-dapat-mengerti-semua-keinginanku". Tetapi proses pembahasaan verbal itu tak senantiasa berhasil mengungkap hakekat perasaan, sebab apapun majas dan diksi yang digunakan tak selalu mampu menuturkan kata hati secara jeli dan teliti.

Justru karena ingin mengekalkan kecintaan itu, cinta bisa saja menimbulkan prasangka, baik ataupun buruk. Sebagaimana saling percaya harus tumbuh diatas benih-benih kesuburan cinta dan kasih sayang antara suami istri secara timbal balik. Tak pelak keikhlasan harus memancar serta secara tulus menerima apa adanya pasangan hidup masing-masing.

Untuk bisa mencintai dan merasakan dicintai, diperlukan sebuah proses pengenalan satu sama lain, sebagaimana pepatah orang bijak yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang", yang sekarang telah memiliki adik, "Tak kenal maka-nya ta'aruf" (yang kurang lebih maknanya adalah : ta'aruf agar dapat lebih mengenal satu sama lain). Maka belajarlah untuk mengenali pasangan hidup masing-masing. Tak kenal? Ta'aruf yuk...

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujuraat[49]:13)

WaLLAHu a'lam bishawab, Wassalamu'alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.

sembilanpustaka

~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Tak Kenal Maka-nya Ta'aruf ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 4 komentar: di postingan Tak Kenal Maka-nya Ta'aruf
 

4 komentar:

  1. Anonymous8/2/10 13:11

    Assalamu'alaikum..
    tulisannya tentang pribadi ikhwan akhwat bagus banget.. bisa jadi pelajaran sblm nikah nih.. hehe..
    salam ta'aruf..

    ReplyDelete
  2. @ukhtierna : salam ta'aruf kembali dari seluruh pengurus SP.

    A'at - http://www.sembilanpustaka.info/

    ReplyDelete
  3. An najmu ats tsaqib12/2/10 15:19

    Saya sprtiny pernah mbaca artikel ini di oase iman eramuslim.com
    Maaf klo salah

    ReplyDelete
  4. @An najmu ats tsaqib : mungkin saja, karena pengurus SP juga mengambil dari berbagai sumber cetak ataupun digital di internet yang berada dalam arsip. Kesemuanya dikompilasi ulang oleh pengurus disesuaikan dengan pemahaman dan segmentasi pembaca SP, yaitu muda dan mudi muslim semuanya, agar lebh mudah dicerna dan dimengerti oleh mereka. BarakaLLAHu fiikumm... ^^

    rujukan

    A'at - sembilanpustaka.info

    ReplyDelete