De', Met Millad Ya...

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

(CATATAN : JANGAN DIBACA PADA SAAT ADZAN DI MESJID SEDANG BERKUMANDANG)

"De'... De'... Met millad ya De'..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku.
"Hmm..." aku yang sedang terlelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Subuh ini usiaku genap dua puluh empat tahun. Millad-ku yang pertama sejak pernikahan kami sembilan bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, merasa kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti dalam mimpiku semalam. Dengan malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini pun cuma memandangku.

Alat shalat telah selesai kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur-tanpa-dipan-ku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari millad-ku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan tanpa perlu takut kepanasan ataupun kehujanan. Yang bisa membelikan blackforest, yang bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, yang bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan hari millad-ku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Tapi sampai kapan aku mesti bersabar seperti ini, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De'... Ade' kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Met millad ya De'..." bisiknya lirih.
"Sebenernya Aa' mau bangunin Ade' semalam, dan ngasih kado ini... tapi Ade' capek banget ya?" Ucapnya takut-takut.

Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya De', Aa' cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya De'?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan biru warna favoritku. Ku buka perlahan lipatan demi lipatan, ternyata sebuah surat.


Assalamu'alaikum Ade'..........

akhirnya moment ini kembali menghampiri... Pertanda Allah masih memberikan kesempatan buat kita untuk berbenah diri...

Memang tidak ada tuntunan untuk mengadakan perayaan atau bahkan mungkin tidak ada anjuran untuk mengkhususkan satu hari tepat di hari yang sama saat kita dilahirkan. Tetapi... yang ada hanya waktu satu hari yang memang bukan biasa ini merupakan ajang bagi kita untuk dapat meluangkan waktu untuk kembali menghitung apa saja yang sudah kita lakukan selama satu tahun yang lalu...

Ade' yang di rahmati Allah...

Masih banyak tugas yang belum kita kerjakan
Masih banyak amanah yang belum kita tunaikan
Masih banyak cita-cita yang ingin kita capai

saat ini alangkah baiknya kita kembali menata hidup kita... Mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang... Menata kembali agenda-agenda serta membuat agenda pencapaian untuk tahun yang akan datang.

Ade' yang semoga Allah memberikan segala kemudahan kepada semua urusanmu....

Ada hal yang perlu kita tanamkan (menurut Aa') ketika kita hendak membuat rencana, agenda dan target yang ingin kita capai... Ada baiknya untuk tidak lupa melirik ke samping kita... Di sana... banyak hak orang yang harus ditunaikan oleh kita... Kita sebaiknya tidak hanya melulu mengejar kepentingan kita pribadi... Kita sebaiknya tidak menjadi sosok yang hanya melakukan sesuatu yang hanya memberikan manfaat nyata bagi kita... yang kemudian kita tidak mau tau apa yang dibutuhkan orang yang berada di sekitar kita dan tanpa sadar kita telah menjelma menjadi sosok yang egois... Dan akhirnya kita digolongkan kepada orang-orang yang tertipu, na'udzubillhi min dzaalik...

Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain ...?

Ade' yang semoga Allah berikan keberkahan usia dan rejeki padamu...

Bagaimanapun keadaanmu sekarang ini... Bersyukur atas segala apa yang telah dianugerahkan ALLAH subhanahu wa ta'ala, adalah obat untuk mengusir iri dan keresahan hati... juga menjadi alat untuk bisa mendapatkan banyak hal lebih...

Allah tidak akan mengingkari janji-Nya...

Akhir kata,
Met millad ya De',
semoga ALLAH subhanahu wa ta'ala memberikanmu kebahagiaan dunia dan akhirat... aamiin.

NB :
- jangan pernah segan untuk menegur Aa' bila memang apa yang Aa' lakukan salah,
- jangan lupa untuk juga selalu menasihati Aa',
- jangan lupa untuk juga mendo'akan Aa',

Salam

-Aa'-

Dengan mata yang sedikit basah kulipat kembali surat itu dengan rapi sebagaimana wujudnya semula. Kemudian pandanganku beranjak ke benda lain yang ada dalm bungkusan tadi. Sebuah tas selempang warna biru laut bergambar bunga matahari mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya De'? Maaf ya De'... Aa' nggak bisa ngasih apa-apa... Aa' belum bisa nafkahin Ade' sepenuhnya. Maafin Aa' ya De'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Yaa Rabb... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' coba lihat Ade'...," pintaku padanya.
Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu.

"Tahu nggak... Aa' sudah ngasih Ade' banyaaaak banget," bisikku di antara isakan.
"Aa' sudah ngasih Ade' seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian banget. Aa' sudah ngasih Ade' kesempatan untuk meraih surga-Nya. Aa' sudah ngasih Ade' bakal dede',..." senyumku sambil mengelus perutku.
"Aa' sudah ngasih Ade' sebuah keluarga yang sayang sama Ade', Aa' sudah ngasih Ade' seorang ibu...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah ibu mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri.
"Aa' sudah selalu nelfon Ade'di setiap jam istirahat kerja, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Yaa Rabb... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru walimah dulu... Berbanggalah karena bidadari surga pun cemburu kepadamu... :) [S|09022010-09:03]


Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Pernah sebelas orang wanita duduk berkumpul saling berjanji dan bersepakat untuk tidak menutup-nutupi keadaan suami-suami mereka. Wanita pertama mengatakan: Suamiku seperti daging unta yang kurus berada di puncak gunung yang sukar didaki, tidak datar sehingga mudah dilalui dan tidak juga gemuk sehingga dapat dipindah-pindahkan. Wanita kedua mengatakan: Suamiku, aku terpaksa tidak dapat menuturkan mengenai keadaannya karena aku khawatir tidak dapat meninggalkannya. Jika aku menyebutkan sama halnya aku mengungkapkan rahasia aibnya. Wanita ketiga mengatakan: Suamiku berperawakan tinggi sekali. Jika aku berbicara maka aku akan diceraikannya dan jika aku diam aku pun akan dibiarkannya tanpa dicerai dan dikawinkan (muallaqah). Wanita keempat mengatakan: Suamiku seperti suasana malam di wilayah Tihamah, tidak panas dan tidak juga terlalu dingin, tidak menakutkan dan tidak juga membosankan. Wanita kelima mengatakan: Suamiku apabila sudah memasuki rumah, maka dia langsung tertidur nyenyak dan apabila keluar rumah dia seperti seekor singa tanpa menanyakan sesuatu apapun yang bukan termasuk urusannya. Wanita keenam mengatakan: Suamiku apabila makan, maka ia makan banyak sekali dengan bermacam jenis lauk dan jika minum maka semua sisa minuman akan diteguknya. Dan jika tidur dia akan berselimut tanpa mendekati diriku sehingga ia dapat merasakan nikmatnya kebersamaan. Wanita ketujuh mengatakan: Suamiku adalah orang yang tidak mengetahui kepentingan dirinya atau lemah syahwat serta tergagap-gagap bicaranya, setiap obat yang diminum tidak dapat menyembuhkan. Di samping itu dia juga orang yang mudah melukai dan memukul. Wanita kedelapan mengatakan: Suamiku beraroma wangi seperti zarnab dan sentuhannya selembut sentuhan seekor kelinci. Wanita kesembilan mengatakan: Suamiku adalah seorang terhormat, berpostur tinggi dan sangat dermawan, berumah dekat dengan tempat pertemuan. Wanita kesepuluh mengatakan: Suamiku adalah seorang pemilik unta yang banyak yang selalu menderum dan jarang sekali bergembala di padang rumput. Unta-unta tersebut jika mendengar suara alat musik kecapi, mereka merasa bahwa sebentar lagi mereka akan disembelih. Dan wanita yang kesebelas mengatakan: Suamiku bernama Abu Zara`. Tahukah kamu siapakah Abu Zara`? Dialah yang memberiku perhiasan anting-anting dan memberiku makan sehingga aku kelihatan gemuk dan selalu membuatku gembira sehingga aku merasa senang. Dia mendapati diriku dari keluarga tidak mampu yang tinggal di lereng bukit lalu mengajakku tinggal di daerah peternakan kuda dan unta dan dia juga seorang petani. Aku tidak pernah dicela bila berbicara di sisinya dan bila tidur aku dapat tidur dengan nyenyak sampai pagi. Dan bila minum aku dapat minum sampai puas. Lalu Ummu Abu Zara`, tahukah kamu siapakah Ummu Abu Zara`? Dia memiliki kantong-kantong bahan makanan yang besar-besar dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abu Zara`, tahukah kamu siapakah Ibnu Abu Zara`? Dia memiliki tempat tidur laksana pedang yang dicabut dari sarungnya. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor anak kambing. Putri Abu Zara`, tahukah kamu siapakah putri Abu Zara` itu? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gemuk dan suka menimbulkan rasa iri tetangganya. Budak perempuan Abu Zara`, tahukah kamu siapakah budak perempuan Abu Zara`? Ia tidak pernah menyebarkan rahasia pembicaraan kami dan tidak menyia-nyiakan persediaan makanan kami serta tidak pernah mengotori rumah kami seperti sarang burung. Ia (sang istri) melanjutkan: Suatu hari Abu Zara` keluar dengan membawa bejana-bejana susu yang akan dijadikan mentega lalu bertemu dengan seorang wanita bersama kedua anaknya yang seperti dua ekor anak singa bermain dengan dua buah delima di bawah pinggang ibunya. Setelah itu aku diceraikannya demi untuk menikahi wanita tersebut. Lalu aku menikah lagi dengan seorang lelaki terhormat serta dermawan. Ia menunggangi seekor kuda yang sangat cepat larinya sambil membawa sebatang tombak dan memperlihatkan kepadaku kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi dan kambing serta memberikanku sepasang dari setiap jenis binatang ternak tersebut. Dia berkata: Makanlah wahai Ummu Zara` dan bawalah untuk keluargamu. Kalau kukumpulkan semua pemberiannya pasti tidak akan mencapai harga tempat minum paling kecil milik Abu Zarra`. Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara` terhadap Ummu Zara`. (Shahih Muslim No.4481)

WaLLAHu a'lam bishawab, Wassalamu'alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.

sembilanpustaka

~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel De', Met Millad Ya... ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 4 komentar: di postingan De', Met Millad Ya...
 

4 komentar:

  1. Ummu Tsabita11/2/10 14:28

    Semoga Allah memberikan segala kemudahan atas semua urusanmu...
    Jazakallahu Khoir...

    ReplyDelete
  2. @Ummu : wa iyyaki ummu. BarakaLLAHu fiikum. Doa bi doa selalu... :)

    A'at - sembilanpustaka.info

    ReplyDelete
  3. Anonymous22/2/10 11:23

    hiks hiks hiks...jadi malu...........mkasih ya dah dikasih taujih yang besar di hari lahirku makasih ya bay...

    ReplyDelete
  4. @Anonymous : afwan :)

    *kalau di sini, panggil saja A'at, sekedar nama pena :). Mmm... kalau boleh tahu ini siapa ya?

    BarakaLLAHu fiikumm ^^

    A'at - sembilanpustaka.info

    ReplyDelete