Meminta Maaf Tak Hanya di Hari Raya

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

(CATATAN : JANGAN DIBACA PADA SAAT ADZAN DI MESJID SEDANG BERKUMANDANG)

(sembilanpustaka.info) Islam senantiasa mengajarkan agar kita mudah dalam meminta maaf dan mudah dalam memberi maaf kepada orang lain. Sebagaimana firman ALLAH:

“Dan orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu adalah termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan keteguhan hati.” (QS. As Syura: 43)

Pagi hari, di hari pertama di bulan Syawal, istri dituntut untuk memohon maaf kepada suami.Tapi yang terjadi banyak di kalangan para istri merasa segan/gengsi untuk meminta maaf kepada suami. Inilah salah satu penyakit wanita hari ini; untuk meminta maaf kepada suami adalah aib, tapi meminta nafkah kepada suami adalah wajib!

Kenapa harus malu untuk melakukan kerja yang mulia? Malu itu ada baik dan buruknya. Malu dalam melakukan perkara maksiat dan syubahat adalah sangat dipuji tetapi malu melakukan ketaatan kepada ALLAH sangat dikeji. NaudzubiLLAHi mindzalik...

Merendahkan diri kepada suami merupakan suatu ketaatan terhadap hukum ALLAH. Kadang-kala sampai sepuluh kali mondar-mandir di depan pintu kamar, di dalam hati bertanya-tanya: “Pakai salam tidak ya?” Akhirnya dengan berat hati, pergi juga menghadap suami.

Dengan berlinang air mata, “A', Ade' minta maaf ya atas semua kesalahan Ade'. Semoga Ade' tidak mengulanginya lagi.” Itulah janji sang isteri.

Bersyukurlah jika ada seorang isteri yang mau meminta maaf biarpun hanya setahun sekali. Malang sekali bila seumur hidup tidak pernah meminta maaf, apalagi bila usia sudah menginjak senja. Mereka sepenuhnya sadar bila mereka memiliki banyak dosa kepada suami, tapi karena ego yang sudah menyelimuti diri dan hati maka setiap kebenaran dipandang remeh dan dianggap boleh untuk ditunda-tunda. Sedangkan kalau seorang isteri itu mati tanpa keredhaan dari suami, Nerakalah tempatnya.

Meminta maaf dengan suami bukan hanya di Hari Raya saja. Istri dianjurkan untuk memohon maaf ketika suami hendak keluar rumah, usai sholat berjemaah dengannya atau ketika beranjak tidur. Sekali kita memohon maaf dengannya maka bergugurlah dosa-dosa kita dan senantiasa di dalam keampunan Illahi. InsyaALLAH...

Sayidatina Fatimah Az-Zahra pernah secara tak sengaja mengecilkan hati Sayidina Ali Karamallah wajha. Untuk memohon maaf kepada suaminya sampai 70 kali hingga tersenyum Sayidina Ali menyaksikan kelucuan Fatimah masih belum puas hati lalu keesokan harinya beliau menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah S.A.W.

Rasulullah memberitahu puterinya, seandainya Sayidina Ali tidak memaafkannya dan ditaqdirkan Siti Fatimah wafat ketika itu, niscaya baginda tidak akan memandikan jenazahnya. Begitulah tegasnya Rasulullah S.A.W dalam menegakkan hukum ALLAH. Suami mempunyai kuasa mutlak dalam rumahtangga sedangkan Rasulullah S.A.W hanya berhak memberi panduan dan nasehat saja.

Siti Aisyah radiallahu anha pernah mencemburui Siti Khadijah radiallahu anha walaupun ia telah lama wafat karena Rasulullah S.A.W sering memuji keperibadiannya di hadapan Siti Aisyah. Tersentuh hati baginda apabila Siti Aisyah menggelarkan Siti Khadijah dengan panggilan yang tidak selayaknya. Tertitis air mata Rasulullah mengenangkan jasa-jasa Siti Khadijah yang telalu besar di atas pengorbanan jiwa, harta dan kasih sayangnya di saat orang lain meninggalkan baginda. Baginda dikurniakan zuriat dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Aisyah terdiam dan tidak pernah mengulangi kata-kata itu lagi.

Memang kita tidak mungkin menandingi kesemua istri Rasulullah S.A.W tetapi cukuplah kita mengambil pelajaran dan berusaha untuk memperbaiki diri ke arah itu.

Kalau tidak biasa memohon maaf kepada suami, memanglah dirasakan terlalu kikuk dan sulit untuk melakukannya. Sudah sepatutnya kita lebih bimbang dengan kemurkaan ALLAH kalau kesalahan kita kepada suami tidak dimaafkan dan kita tidak diridhoi oleh suami. Bukankah keridhoan suami itu bermakna keridhoan ALLAH juga?

Oleh karena itu bila kita masih meyakini ada iman di hati kita, tiada pilihan lain untuk sebisa mungkin meminta maaf. Hanya orang yang beriman saja yang sanggup tunduk di atas segala perintah dan larangan Illahi. Hanya wanita-wanita yang beriman saja yang senantiasa berdoa agar dirinya dan keluarganya senantiasa dijaga dalam jalan yang lurus sebagaimana permohonan kita setiap kali mendirikan sholat:

“Ya ALLAH, tunjuki kami jalan yang lurus. Jalan mereka yang Engkau beri nikmat. Bukan jalan mereka yang Engkau murkai. Tidak juga jalan mereka yang sesat.”

Semoga dengan taufiq dan hidayah-Nya, dengan umur yang masih tersisa, semoga kita dapat menggunakannya dengan sepenuhnya untuk berbakti kepada-Nya dan mentaati suami. Senantiasa bersikap rendah diri dengan suami dan selalu merasakan diri bersalah.

Jangan lengah untuk meminta maaf, jangan pernah lelah untuk meminta maaf. Jadikan ia sebagai amalan harian kita. Meminta maaf bukan semestinya di Hari Raya saja karena kita tidak akan pernah tahu apakah ALLAH masih memanjangkan umur kita untuk dapat merasakan satu Syawal yang akan datang. WaLLAHu a'lam bishawab.

Jika Anda termasuk salah satu dari pribadi yang tidak dididik untuk mengatakan "Aku minta maaf", maka belum terlambat bagi Anda untuk belajar. Jika Anda termasuk salah satu pribadi yang sukar untuk mengatakan "Aku minta maaf", maka Anda harus belajar melakukannya.

WaLLAHu a'lam bishawab, Wassalamu'alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.

sembilanpustaka

~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~

Penulis : [RedaksiSembilan] ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Meminta Maaf Tak Hanya di Hari Raya ini dipublish oleh [RedaksiSembilan] pada hari . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1komentar: di postingan Meminta Maaf Tak Hanya di Hari Raya
 

1 komentar: