Lidah terasa kelu untuk mengucap sesuatu. Ah, tampaknya ada kaca yang telah mendesak ingin pecah dan mengalirkan bening, sesak rasanya…
Tapi mengapa aku hanya bisa terdiam?
Aku sayang kalian semua…
Tapi seolah ada dinding tebal di hadapanku, yang tidak bisa kusentuh untuk merengkuh kalian semuanya. Maka aku hanya bisa menatap dari sisi amanku– yang mungkin kemudian kalian lihat sebagai rasa terlalu egois untuk keluar.
Hei, bukankah kewajiban setiap muslim adalah saling mengingatkan satu sama lain?
.
.
“Afwan… tolong hijabnya…“
.
.
Tapi kata-kata itu seakan tercekat di tenggorokan. Tak bisa mengucapkannya. Tapi mengapa? Kadangkala aku selalu ditegur. Aku selalu diminta untuk tanpa bosan mengingatkan. Tapi terkadang aku terdiam membisu. Hanya bisa tersenyum dan berlalu, melarikan diri, tidak mengerti.
Menyalahkan diriku sendiri, tidak... aku tidak ingin mendzolimi diri sendiri... ataupun mendzolimi kalian...
Aku ingin menjaga kalian semua… tapi kenapa aku tak bisa? apa aku tak kuasa? atau hanya kalian yang tak terbiasa ada di dalamnya...
Maaf kalau terkdang aku terlalu egois, tapi kini aku sedang lelah.
Saat bertemu, ketika aku melongok kalian semua satu-persatu di dunia maya… ataupun di kehidupan nyata...
Aku tahu aku tidak lebih baik dari kalian semua. Jadi maafkan aku bila terkadang aku menghakimi. Jadi maafkan aku bila terkadang aku cuma bisa diam.
Aku ingin kalian selalu baik-baik saja…
Tapi mengapa terkdang aku merasa ada sekat untuk sekedar bertanya?
Egois? Egois! Pada akhirnya mungkin aku cuma memikirkan diriku sendiri. Aku cuma takut dengan sejuta ketakutan yang tidak terdefinisi, yang sebenarnya aku percaya ia mampu kulalui, walau seorang diri.
Tapi kenapa kini aku masih berlindung di balik tembok yang kubenci?
Duh, saudaraku…
Bahkan saat aku tiba di titik ketidakpastian. Maaf karena aku merasa masih ada jarak…
Aku ingin pergi dari kesendirian ini…
Tapi aku masih tidak tahu!
Aku sayang kalian semua…
Aku ingin menjaga kalian…
Tapi harus dengan isyarat apa agar maknaku sampai?
Ataukah ternyata tanpa kusadari aku masih belum mencoba sama sekali?
.
.
.
Faghfirlii… Faghfirlii… Rabbi…
.
.
.
Kepada siapa lagi aku harus mengadu,
Kutitipkan mereke semua dalam penjagaan-Mu
—–
Teruntuk teman-teman dan para sahabat… Kalian sudah dewasa tentunya? Kalian tahu hukumnya bukan? Kalian tentu tahu balasan yang di janjikan, kalian tentunya tahu apa yang harus dan tidak boleh kalian lakukan.
Walaupun mungkin hanya mengambang… yang masih kita ragu antara iya dan tidak, tapi bukankah selalu ada jalan untuk melangkah kepada kebaikan? Tolong… tolonglah kita tetap saling menjaga, dan jaga diri kalian sendiri…
Tanpa sadar kelak kita akan menjadi contoh. Kita dilihat, diperhatikan, percaya atau tidak, sebagai orang baik.
Orang baik yang seharusnya melakukan hal-hal yang baik. Okelah, mungkin berat, tapi tidak ada yang buruk dari berusaha menjadi baik kan? daripada tak pernah mencobanya sama sekali...
Jagalah diri kalian sendiri… Juga keluarga kalian...
Jika kalian memang saling peduli, saling menyayangi, jagalah izzah masing-masing…
Maaf jika aku kalian nilai terlalu lancang untuk berkata demikian, karena sungguh aku tidak lebih baik daripada kalian semua. Akan tetapi kita semua pasti bisa, selalu mencoba berusaha agar lebih baik lagi, pribadi yang mandiri dan peduli
sekali lagi, tolong…
Agar kelak diri ini punya jawaban, saat ada yang menanyakan, "dan siapa yang peduli?"
~o0o~ sembilanpustaka ~o0o~
0 komentar:
Post a Comment